Nasib Anak-Anak Jalanan
Artikel kali ini bercerita tentang seorang anak jalanan yang dianggap seonggok sampah tak berarti yang ada dipinggir jalanan oleh orang-orang disekitarnya, mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan renungan untuk para sahabat bahwa didalam hidup ini kita harus selalu bersyukur kepada sang pencipta atas semua yang telah diberikan kepada kita.



Aku hanyalah seonggok sampah di pinggir jalan. 
Aku mungkin selalu diacuhkan oleh orang-orang yang ada di sekitarku,
tapi terkadang ada yang peduli denganku 
dan tak jarang banyak juga yang tak pernah mempedulikan keberadaan ku ini.
Mereka selalu melihatku dengan sinis berjalan didepanku penuh dengan kesombongan, memandang diriku dengan sebelah mata dan terkadang mereka menutup hidung ketika berjumpa denganku. 

Aku sadar...
Aku hanyalah seonggok sampah yang tak berarti yang dibuang dipinggir jalan besar ini.
Aku tak pernah ingin menjadi seonggok sampah. Dan bahkan aku pun tak pernah bermimpi untuk dilahirkan menjadi seonggok sampah yang selalu dianggap hina oleh orang-orang di sekitar ku.

Terkadang aku iri dengan mereka yang hidup serba berkecukupan, tinggal di rumah yang mewah, duduk didalam mobil mewah, makan-makanan yang enak. Tanpa harus selalu merasakan perut yang lapar, berpanas-panasan ditengah terik matahari yang menyengat atau harus kedinginan disaat hujan turun.
Tak seperti diriku yang serba kekurangan, untuk makan atau sekedar mengisi perut ku yang lapar saja aku harus rela berpanas-panasan, dan terkadang aku harus berjuang melawan cuaca dingin dikala hujan turun membasahi satu-satunya pakaian lusuh yang melekat di tubuhku ini karena aku tak mempunyai tempat tinggal seperti mereka yang serba berkecukupan, sedangkan tempat untuk ku berteduh hanyalah kolong jembatan yang selalu menjadi tempat yang nyaman setiap hari untuk aku berlindung dari panas dan hujan.

Demi bisa mengisi perutku aku harus meminta belas kasihan dengan menjual suara ku yang tak mempunyai nada ini kepada orang-orang yang ku jumpai atau dengan mengais botol-botol bekas yang sudah tak terpakai dan dibuang oleh orang-orang demi bisa mengisi perut ku yang lapar.

Terkadang aku iri dengan mereka yang bisa bersekolah, tak seperti diriku yang tak pernah merasakan manisnya bangku sekolah. Jangankan bermimpi untuk bisa bersekolah dengan layak di sekolah yang mewah sedangkan untuk makan pun aku harus rela meminta belas kasihan orang lain.

Jika aku boleh memilih waktu aku dilahirkan, sudah pasti aku tak ingin dilahirkan ke dunia ini menjadi seorang anak jalanan. Apa mungkin itu semua sudah menjadi suratan takdir untuk ku menjadi seonggok sampah yang dilahirkan tanpa pernah mengenal sebuah kasih sayang dari ayah dan ibu yang sampai saat ini tak pernah aku tau keberadaannya.

Tapi aku tak pernah murung dan berkecil hati dengan keadaan ku ini, wajahku selalu ceria dan aku pun selalu memberikan seyuman ku yang polos dan penuh rasa ikhlas kepada orang-orang yang ku jumpai. Ya aku pun sadar walaupun terkadang mereka tak pernah membalas senyumanku ini tapi aku tak pernah memperdulikan itu semua.

Keadaan ku memang serba kekurangan yang memaksa ku untuk mencari uang disaat anak seusia ku tengah menikmati asyiknya bermain aku malah sibuk mencari uang untuk bisa tetap bertahan hidup di kota ini, bahkan bisa dibilang sebenarnya aku belum pantas untuk mencari uang tapi itu semua tak pernah membuat ku berhenti untuk selalu menunjukan kepada semua orang-orang keceriaan yang ada diwajah ku ini.

Aku selalu bermimpi aku bisa menjadi seperti orang-orang itu yang hidupnya selalu berkecukupan. Ya aku sangat yakin semua itu akan terwujud dan akan ku kejar semua mimpi-mimpi ku itu agar menjadi sebuah kenyataan.

Rasa lelah yang ada di tubuhku terkadang sudah tak pernah ku rasakan lagi, yang selalu ku rasakan hanyalah perut lapar yang datang setiap hari dan rasa malu meminta belas kasihan kepada orang-orang yang ku jumpai pun mungkin sudah tak pernah ku pikirkan lagi yang ada di pikiranku setiap hari adalah bagaimana esok hari aku bisa tetap menyambung hidup.
artikel ini dibuat dan di dedikasikan untuk semua para anak-anak jalanan semoga kalian tetap semangat dalam menjalani kehidupan yang keras di kota-kota besar, tetaplah tersenyum warnailah dunia ini dengan senyuman-senyuman yang penuh kepolosan dari wajah kalian tanpa ada paksaan dari siapapun untuk membuat kalian selalu tersenyum :)

Yogyakarta, 11 Oktober 2012

Sumber : Anak Jalanan kota Yogyakarta

By. Aviev Setiawan
 
Top